Pernah dengar nama 2 urang basa (--orang besar) ini?
Merekalah 2 datuk pengasa adat Minangkabau dan kawasan rantau Melayu.
Siapa sih sebenarnya mereka?
Kubur dan tapak2 peninggalannya pun tersebar di ranah Minang….
Tambo dan cerita orang tuo-tuo banyak berkisah demikian :
Penguasa
alam Minangkabau yang pertama sekali, yang bergelar Suri Maharajo
Dirajo turun di Gunung Marapi lalu jadilah Kerajaan awal bernama
Pasumayan Koto Batu seperti kata adat:
Darimano titiak palito, dibaliak telong nan batali
Darimano asa niniak moyang kito, di lereng Gunuang Marapi
Dari Pasumayan Koto Batu ini kemudian dibuka Nagari Pariangan dan Padang Panjang. Inilah asal
muasalnya peradaban Minangkabau, sehingga 2 daerah ini disebut sebagai
“Tampuk Tangkai Alam Minangkabau”. Undang-undang yang berlaku disebut
‘Undang-undang Si Mumbang Jatuah’. Intinya “Siapa membunuh ia dibunuh;
Tiada boleh disanggah, tiada boleh ditentang”, “siapa kuat dia kudrat,
siapa kuasa dia berjaya”. Semua keputusan ditangan raja.
Sri Maharaja Diraja mempunyai permaisuri : Puti Indo Jalito (--puteri indera jelita), dimana kemudian lahir putera mahkota bernama Sutan Maharajo Basa (--sutan maharaja besar),
Tetapi
belum lagi putera mahkota besar, Sri Maharaja Diraja wafat sehingga
tampuk dipegang orang kedua bernama Datuk Suri Dirajo (--seri diraja). Puti Indo Jalito pula kemudian menikah lagi dengan Penasihat almarhum raja, Cati Bilang Pandai bergelar Indo Jati (--indera jati) lalu lahirlah putera bernama Sutan Balun.
Sutan
Maharajo Basa kemudian bergelar Datuk Katamanggungan, sedangkan Sutan
Balun bergelar Datuk Perpatih Nan Sebatang. Jadi sebenarnya mereka
bersaudara satu ibu, beda ayahanda saja. Mereka meneroka (membuka)
rantau-rantau baru. Mula-mula di Sungai Jambu, lalu dari sini Datuk
Ketemenggungan membuka Nagari Bungo Satangkai, sedang Datuk Perpatih Nan
Sebatang membuka Nagari Limo Kaum.
Dari
sinilah mulai timbul perbedaan dalam menerapkan hukum. Jika Datuk
Katamanggungan tetap setia dengan ‘Undang undang Si Mumbang Jatuh’ yang keras
dan kuasa mutlak di tangan seseorang, maka Datuk Perpatih
menyesuaikannya dengan menerapkan ‘Undang2 Si Lamo-lamo atau Si
Gamak-gamak’ lalu diperbaharui lagi dengan ‘Undang undang Tarik Baleh (--Tarik
Balas)’ yaitu berasaskan pada kebijakan meletakkan keputusan melalui
pertimbangan masak2 untuk mengetahui manfaat dan mudharatnya. Hukum
dijatuhkan kepada siapa yang melanggar peraturan tetapi tidak serta-merta melainkan diselidiki dahulu agar dapat diputus seadil-adilnya.
Perubahan
oleh Datuk Perpatih ini dianggap terlalu radikal oleh abang tirinya
Datuk Katamanggungan yang ingin mempertahankan Undang undang Simumbang Jatuh
yang telah diasaskan ayahandanya Sri Maharaja Diraja. Sehingga hampir
timbul selisih diantara 2 saudara itu. Tetapi untunglah perbalahan ini
dapat diselesaikan dengan kebijakan ninik mamak dan urang basa serta
keinsyafan pribadi pribadi datuk ini. Upacara damai mengakhiri perselisihan
ini dimeterai dengan menusuk keris di batu. Wujudnya adalah ‘Batu
Batikam’ hari ini masih dapat di lihat di Dusun Tuo Limo Kaum.
Hasil
dari perundingan damai itu ialah bahwa undang-undang lama dapat
diperbandingkan dengan alasan alasan yang wajar. Dan keputusan diambil adalah
setelah adanya kaji-selidik dan mufakat bersama.
Selanjutnya
dalam perkembangannya bahwa nagari nagari di Alam Minangkabau mengamalkan
suatu Undang-undang baru yang merupakan perpaduan dari hukum lama dan
baru. “Undang-undang Nan Duo Puluah (Undang-undang XX)” demikian
namanya. Ia disusun oleh Datuk Perpatih Nan Sabatang. Adakah ia Datuk
yang asli atau keturunannya tiada jawaban yang pasti. Tetapi satu hal
bahwa gelaran ini memang dipusakai/menurun ke warisnya, dan mengingat
jangka waktu dari zaman Sutan Balun (Pra-Hindu) ke penyusunan Undang2
Nan XX (zaman Islam) maka kemungkinan bahwa penyusunnya adalah keturunan
Datuk Perpatih yang asli.
Contoh penyesuaian ini adalah dalam bidal adat, mula-mula (zaman Pra Islam) :
Kamanakan barajo ka mamak (--Kemenakan beraja ke mamak),
Mamak berajo pado pangulu (--Mamak beraja pada penghulu),
Pangulu berajo pado mufakat (--Penghulu beraja pada mufakat),
Mufakat basandi alue jo patuik (--Mufakat bersendi alur dan patut),
Alue basandi bana (--Alur bersendi benar),
Bana badiri surang (--Benar berdiri sendiri sendirinya).
Datuk Perpatih menambahkan ketika Islam masuk :
Adeik basandi Syarak (--Adat bersendi Syarak)
Syarak basandi Kitabullah (--Syarak bersendi Kitabullah)
Syarak mangato, Adeik memakai (--Syarak mengata Adat memakai)
Kewi kato syarak, Lazim kato Adeik (--Kewi kata syarak, Lazim kata Adat)
Sumber : http://sriandalas.multiply.com
Ringkasan :
Datuk Perpatih |
Datuk Ketemenggungan
| |
Nama Minang
|
Datuk Parapatiah Nan Sabatang
|
Datuk Katumanggungan
|
Susur galur
|
Sutan Balun bin Indera Jati (melalui Puti Indo Jalito)
|
Sutan Maharajo Basa bin Suri Maharajo Dirajo (melalui Puti Indo Jalito)
|
Keahlian
|
Ahli adat & pemerintahan
|
Ahli Agama
|
Laras
|
Bodi – Caniago
|
Koto – Pialang
|
Ciri laras
|
Demokratis, Toleransi
|
Otokratis, Konservatif
|
Jatuh ke adat “Hilang dicari, lapuk diganti’
|
Jatuh ke agama “Siapa membunuh, siapa dibunuh’
| |
Nagari (awal)
|
Dusun Tuo Limo Kaum
|
Bungo Satangkai
|
Setinggi penghormatan diberikan pada Datuk Perpatih Nan Sabatang diatas usaha beliau menyusun dan menjunjung Adat Perpatih, satu-satunya adat yang mendukung sunnah Rasulallah SAW mengutamakan Nasab Ibu sebagai Nasab Keturunan. Sebagaimana yang kita ketahui BAIT bermaksud RUMAH merujuk pada IBU dan BANI bermaksud BIN/BINTI/IBNI atau sekadar salasilah keluarga. Dalam konteks Rasulallah SAW ianya lebih menjurus pada Isteri-isteri, Puteri-Puteri, Cucunda-Cucunda perempuan, Cicit-Cicit perempuan dan seterusnya hingga ke genarasi perempuan sekarang. AHLUL- BAIT bermaksua MATRILINEAL atau Nasab Ibu, dalam maana zahirnya bermaksud AHLI RUMAH dan maana batinnya RUMAH MENYIMPAN SOLBI. Datuk Perpatih benar-benar memahami ketinggian dan keutamaan nasab ibu tahap tiga tertinggi dari nasab ayah selepas IBU KAMU, IBU KAMU dan IBU KAMU dan berupaya mengelakkan dari mendahului Rasulallah SAW yang telah terputus nasab bapa baginda. Anak Mukjizat atau Putera Ahlul-Bait adalah putera yang lahir dari Nasab Ibu Keturunan Rasulallah SAW dan akan terputus taraf Ahlul-Bait pada kerurunan berikutnya sama seperti apa yang diamalkan oleh adat perpatih. Nasab Ibu dibawa kemati sepertimana apabila dibacakan talkin pada simati akan disebutkan simati bin/binti IBU simati. Nasab bapa tidak memberi apa-apa maana bagi Rasulallah SAW, Nabi Isa AS, Nabi Allah Adam dan Siti Hawa. Seperti juga dari hadis Rasulallah SAW yang menyebut 1 anak perempuan itu bagus, 2 lagi bagus dan 3 keatas lebih bagus, memandangkan apa yang pastinya Putera Ahlul Bait Muhammad ibni Abdullah atau Al Mahadi akan lahir dari perut ibu keturunan Rasulallah SAW dam bakal diiringi oleh 313 pemuda dari keluarga atau bani Tamim serta bakal dituruti oleh Putera beribu tanpa bapa Isa Al Masih. Moga yahudi laknatullah akan terus menerus keliru didalam mentfsir Nasab Keturunan Rasullallah SAW dan semua kecelaruan umat Islam diempat penjuru dunia dapat diatasi.
BalasHapus